Selasa, 16 Oktober 2012

'Cause, I'm GengFans Chapter 2 ~The Manager~


Title : ‘Cause, I’m GengFans
Genre : Friendship, Love, Family, Romance (maybe)
Main Cast : Cho RiHyun (OC), All Members Of EXO
Support Cast  : Lee HyunBi (OC), All Members Of SuperJunior
Author : RistaMania
Length : Multychapter (5.574 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

--The Manager--

Joeseonghamnida, agasshi, apa kita pernah bertemu? Aku merasa suaramu tidak asing untukku.” Kris mengutarakan rasa penasarannya yang disetujui oleh member EXO-M lainnya.

Hal itu membuat RiHyun menundukan kepalanya dan menyeringai. Namun, seringaian itu menghilang saat ia mengangkat kepalanya, menatap SooMan sebentar. Kemudian, membalikan badannya.

Jinja? Aku rasa kau salah orang” jawab RiHyun.

----

Author POV

“Kau...”. Serempak semua member EXO-K menoleh ke arah EXO-M, melihat ekspresi mereka, yang satu sama lainnya tidak berbeda jauh. Yang menatap sub-group China itu bukan hanya sub-group Korea, tetapi juga SooMan yang sama saja dengan member EXO-K. Mereka sama-sama bingung dengan keterkejutan EXO-M itu. Sementara yang ditatap, mereka tidak mempedulikan itu. Yang berputar dipikiran mereka hanya satu pertanyaan, ‘siapa sebenarnya yeoja ini?’.

“Apa kalian pernah bertemu, eoh?” tanya SooMan yang memecahkan keheningan di ruangannya itu. Hanya EXO-M yang tidak menatap ke arah SooMan, mereka tetap terpaku ke arah RiHyun. Sementara RiHyun dan EXO-K, mereka menoleh ke arah pria paruh baya itu.

No.” RiHyun menoleh ke arah EXO-M, menatap mereka satu persatu. Kemudian, kembali menatap pria paruh baya yang masih setia duduk di kursinya itu. “It’s my frist time, meet them.”

RiHyun menunjukan senyum penuh artinya itu, yang justru terlihat manis di kedua mata SooMan. Sementara boyband yang terdiri atas 3 huruf itu, mereka berdua belas sibuk dengan pikiran mereka sendiri-sendiri. Mereka sibuk menerka-nerka apa maksud dari pertemuan ini.

----

Kai POV

Hyung, aku lapar!” keluhku. Aku berjalan mendekati D.O. yang sibuk dengan majalah yang berada di tangannya itu. Tapi, dia tidak memberikan respon apa pun atas keluhanku itu, membuatku duduk di sebelahnya. “Hyung, kau mendengarkanku, eoh?”.

“Aku dilarang memasak oleh SuHyo hyung, Kai” jawabnya yang tidak melepaskan pandangannya dari majalah yang menurutku tidak menarik itu.

MWO???!!!”. Aku terkejut mendengar jawabannya itu. Aku memegang perutku yang sudah meronta meminta makanan. “Tapi, aku lapar, hyung! Bikinkan aku makanan. Apa kau rela melihatku mati kelaparan? Jika bukan hyung yang memasak, lalu siapa lagi? Kenapa SuHo hyung melarangmu, eoh? Semakin tua, SuHo hyung semakin rese saja!”.

PLAK

Aku merintih kesakitan saat merasakan seseorang memukul kepalaku. Aku menoleh ke belakangku, menemukan sosok SuHo yang berdiri dengan sebuah novel yang selalu ia baca itu. Aku menatapnya memelas, menanyakan alasan ia memukulku.

“Hormati aku sebagai leader dan orang yang paling tua di sub-group ini! Jaga omonganmu dan jangan kekanak-kanakan! Kau harus sadar bahwa kau itu bukanlah magnae.” Aku hanya dapat mempoutkan bibirku mendengar ceramahan SuHo itu. Aku bosan terus menerus mendengar ceramahannya itu. “Dan, lagi pula, apa kau lupa bahwa sekarang kita mempunyai manager baru yang bertugas untuk mengasuh kita? Kau suruhlah dia, dia tidak akan protes.”

Mulutku terbuka lebar saat mengingat kalau ada manager baru yang bertugas untuk mengasuh kedua belas member EXO dan kini tinggal bersama di dorm kami. Seorang manager cantik berambut pendek sepundak dengan kedua mata yang hitam kelam, yang jujur saja menarik perhatianku. Seorang manager yang memiliki nama lengkap Cho RiHyun.

Dengan segara, aku pun bangkit dan berlari menuju kamar di mana menjadi kamar yeoja bermarga ‘Cho’ itu.

Klek

“RiHyun-ah, bikinkan aku makanan!!!!”. Langkahku langsung berhenti di ambang pintu saat melihat pemandangan yang tersedia di depan mataku.

Tubuhku langsung berdiri tegap dan mulutku terbuka lebar saat mendapatkan pemandangan yang sangat menarik ini. Kedua mataku yang terbuka lebar ini menatap lekat seorang yeoja yang memiliki tubuh ideal dengan kulit putih kekuning-kuningan yang terlihat mulus dan lembut, di mana hampir seluruh bagian tubuhnya terekspos, jika saja yeoja itu tidak memakai handuk yang ia kemben, yang menutupi dadanya hingga setengah pahanya. Yeoja itu berdiri lima langkah di depanku dengan rambut pendekanya yang masih basah.

Yeoppo” gumamku pelan tanpa sadar.

“YACK, KIM JONGIN…???!!!”.

Aku langsung tersadar dari duniaku. Langsung aku membalikan badanku tanpa berniat untuk melangkah keluar dari kamar ini. Namun, aku langsung berlari keluar, menutup kasar pintu kamarnya saat RiHyun berteriak histeris dan melempari barang-barang di dekatnya ke arahku.

“Ada apa, Kai?” tanya XiuMin yang berada di dapur. Ia sedang duduk dan memakan cake di depanku.

Aku yang memang berlari ke arah dapur dan duduk di hadapannya hanya dapat terdiam. Setelah mendapatkan pemandangan gratis yang sangat menarik yang disediakan oleh sosok manager baru itu membuatku tidak dapat berpikir. Sosok RiHyun yang saat pertama kali bertemu menampakan sosok misterius dan cool. Namun, pendapatku tentangnya berubah seketika saat aku melihatnya seperti itu. Ia berdiri dengan sehelai handuk yang sangat minim yang dapat menunjukan pundak serta lehernya yang mulus serta kakinya yang jenjang, rambut basah yang memberikan kesan seksi padanya, wajah cantik yang sepertinya terkejut dan tidak dapat memikirkan apa-apa itu memberikan kesan polos padanya, bibirnya yang terbuka sedikit itu membuatku ingin mencicipinya. Semuanya membuat pikiran yadong-ku kumat. Dan, membuatku dengan jernih.

----

SeHun POV

“SeHun-ah, menurutmu RiHyun itu seperti apa?”. Aku menoleh ke arah Kai yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku, dan langsung melontarkan sebuah pertanyaan tanpa berbasa-basi.

Waeyo? Kenapa tiba-tiba masuk dan bertanya seperti itu, hyung?”. Bukannya menjawab pertanyaannya, justru aku melontarkan pertanyaan kepadanya. Terlihat jelas bahwa Kai tidak senang dengan sikapku itu, terlihat dari dia yang langsung mendengus kesal saat mendengar pertanyaanku itu.

“Sudahlah, lupakan saja!”. Dia langsung membalikan badannya. Aku melihatnya hendak keluar dari kamarku dan SuHo ini, namun ia menoleh ke arahku lagi. Aku menatapnya dengan tatapan bertanya, namun itu dijawab dengan kepergian Kai tanpa suara. Hal itu membuatku mendengus kesal.

Aku langsung membaringkan tubuhku kembali di atas kasur ini. Aku menatap langit-langit kamarku. Aku tidak tahu harus melakukan apa, dan hal itu membuatku kembali bangkit-duduk di atas kasur ini, entah untuk keberapa kalinya. Aku mengedarkan padanganku ke seluruh penjuru kamar ini, mencari sesuatu yang menarik perhatianku. Lalu, tatapanku jatuh ke arah novel yang berada di atas kasur SuHo. Aku menatap benda itu lama, sebelum aku memutuskan untuk beranjak mengambilnya. Aku membaringkan tubuhku di atas kasur SuHo ini, kemudian membuka novel ini.

Jujur aku bingung, aku bingung kenapa leader EXO-K itu suka sekali menghabiskan waktunya untuk membaca novel ini berulang kali. Dan, kebingunganku itu semakin membesar saat aku teringat sesuatu, suatu fakta bahwa novel ini adalah hadiah dari Lee Soo Man seonsaengnim. Beliau memberikan novel ini kepada SuHo di hari ulang tahunnya tahun lalu. Sebenarnya bukan hanya SuHo yang ia berikan, aku pun juga mendapatkannya. Semua member EXO pun juga menerimanya. Lee Soo Man seonsaengnim memberikan sebuah novel kepada kami semua di hari ulang tahun kami masing-masing. Dan, jujur saja, novel itu belum aku sentuh sama sekali bahkan masih terbungkus plastik.

Klek. Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka. Aku melihat SuHo masuk ke kamar dengan tangan kanannya yang sibuk mengeringkan rambutnya yang masih basah itu. Melihat pemilik kasur masuk, aku pun langsung bangkit-duduk di kasur ini. Aku menutup novel ini dan menatap sang leader yang sepertinya terlalu sibuk dengan rambut basahnya, hingga tidak menoleh ke arahku sedikit pun.

Hyung.” Bosan tidak ditatap, aku pun memanggilnya. SuHo langsung menoleh ke arahku. Dia menatapku dengan tatapan yang seolah meminta alasanku yang berada di atas kasurnya ini. Malas bersuara, aku pun menunjukan novelnya yang masih aku pegang ini.

“Ada apa dengan novelku?” tanyanya yang kini kedua tangannya sudah menggelatung bebas di samping kiri-kanan tubuhnya. Dia mendekatiku dan hendak mengambil novelnya, namun aku mengelak. Aku mempertahankan novelnya. “Ada apa? Kau juga memiliki novel dari Soo Man seonsaengnim bukan? Bacalah itu! Dan, kembalikan novelku!”.

“Kenapa hyung suka sekali membaca novel ini berulang kali? Apa tidak bosan? Sudah berapa kali hyung membaca ulang novel ini?” tanyaku yang membuatnya menghela napas kesal.

“Karena, novel itu menarik, membuatku tidak pernah bosan membacanya berulang kali.” SuHo melipat tangannya seolah menunjukan kepadaku bahwa ia marah, karena hartanya-novelnya-sedang ditahan olehku. “Dan, aku tidak tahu sudah berapa kali aku membaca ulang novelku itu. Sudah puas? Cepat kembalikan novelku!”.

Shireo!” jawabku yang langsung diberi death-gleare olehnya. Namun, sayang, aku tidak mempedulikannya. Aku terus bersuara dengan santai. “Ceritakan kepadaku cerita di novel ini, hyung!”.

Arraseo, tapi setelah kita makan” jawabnya menyerah. “RiHyun sudah menyiapkan makan malam.” Mendengar nama manager baru itu disebut membuatku teringat sesuatu.

Hyung, menurutmu RiHyun itu seperti apa?” tanyaku mengulang pertanyaan Kai yang tidak aku jawab tadi. SuHo mengeryitkan keningnya mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Aku tahu dia tidak mengerti kenapa aku menanyakan hal itu, sama sepertiku saat aku mendengar Kai melontarkan pertanyaan yang sama tadi. Dan, jujur saja, aku pun tidak mengerti kenapa aku menanyakan pertanyaan itu kepada SuHo.

Waeyo? Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu, SeHun-ah?”. Bukannya menjawab pertanyaanku, justru ia melontarkan pertanyaan kepadaku. Aku tersenyum sipul menyadari bahwa respon yang SuHo berikan sama seperti respon yang aku berikan pada Kai tadi.

Aku pun terkekeh pelan saat sebuah pikiran aneh lewat di otakku. ‘Apakah aku harus mengulang kejadian yang sama saat aku bersama Kai tadi? Apakah aku harus bersikap seperti Kai tadi? Apakah aku akan menggunakan dialog Kai? Atau aku harus membuat dialog-ku sendiri?’.

“Tadi Kai datang dan bertanya seperti itu kepadaku, hyung” jawabku jujur. “Lalu, apa jawabanmu?”. Aku tersenyum lebar mendengar pertanyaan SuHo itu. “Aku tidak menjawabnya. Justru, aku memberikan respon yang sama seperti saat SuHo hyung memberikan respon kepadaku atas pertanyaan itu.” SuHo tersenyum aneh mendengar jawaban jujurku itu. “Lalu?”. Aku tahu ia merasa sedikit merasa aneh dengan hal ini. “Dia langsung pergi begitu saja dan menyuruhku melupakannya.”

“Kalau begitu lupakanlah! Dan, ayo, kita pergi makan, sebelum RiHyun berteriak seperti D.O.” ujarnya yang langsung menarikku keluar dari kamar ini.

----
Kai POV

MWO?”. Aku berdiri dari sofa yang tadi aku tempati itu. Aku menatap satu per satu wajah yang tidak asing untukku di ruangan ini.

Kini kami semua-EXO & RiHyun-sedang berada di ruang tengah. Kami berkumpul di sini, karena SuHo ingin mengumumkan sesuatu. Aku pikir itu hal biasa, namun aku langsung berteriak dan berdiri dari tempatku duduk saat tahu apa yang ia umumkan itu.

“Aku tidak terima, hyung. Kenapa RiHyun harus menjadi manager EXO-M, sementara kita dengan manager lama?” protesku dengan suara keras dan aku mengarahkan salah satu jariku menunjuk ke arah RiHyun. Aku menoleh ke arah yeoja berambut pendek itu, aku melihatnya melontarkan death-glare kepadaku. Aku tidak tahu maksud dari death-glare itu karena suaraku yang keras atau bertindak tidak sopan kepadanya. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu.

Waeyo? Manager hyung sudah memutuskannya” jawab SuHo yang membuatku semakin kesal.

“Tapi, untuk apa?” tanyaku yang aku rasa itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat bodoh. “Maksudku, bukankah di sana ada Lay hyung dan LuHan hyung yang dapat memasakan makanan untuk member EXO-M, untuk membereskan rumah ada XiuMin hyung, menjaga member lain pun juga ada Kris hyung. Mereka tidak kekurangan apa-apa.”

“Pertanyaanmu tidak masuk akal, Kai-ah.” Aku langsung melontarkan death-glare-ku kepada SeHun yang bersuara.

“Panggil aku ‘hyung’! Aku lebih tua darimu, magnae sialan” ucapku pedas yang membuat SeHun menggerutu tidak jelas.

“Apa yang dikatakan SeHun benar, Kai-ah.” Aku menoleh ke arah XiuMin yang bersuara. “Pertanyaanmu itu tidak masuk akal. Jujur, kami pun tidak tahu apa alasannya. Kalau kau memang ingin tahu apa alasannya, tanyalah ke manager hyung. Kami hanya melakukan apa yang disuruh manager hyung, dan RiHyun memang harus ikut dengan kami ke China, untuk mengurus kami. Entah apa alasannya, RiHyun tetap harus ikut kami ke China.”

Hening. Tidak ada yang bersuara. Aku terdiam, menggerutu kecil menerima kenyataan ini. Aku memang tidak mau, jika RiHyun harus ikut dengan EXO-M. Aku tidak mau jauh darinya. Jujur, aku tertarik dengannya, setelah kejadian tadi sore. Di saat aku mendapatkan pemandangan yang menarik darinya.

Neorago…Neorago…

Aku mendengar sebuah lagu berbunyi, membuatku dan mungkin semua orang menengok ke sumber suara. Aku melihat RiHyun memegang iPhone-nya yang sepertinya berbunyi itu. Aku melihatnya tersenyum sipul, sepertinya dia senang mendapatkan telepon itu. Namun, ia tidak kunjung mengangkatnya, hingga ia bangkit dari tempatnya duduk dan menatapku.

“Aku ingin tidur” ucapnya, lalu mengambil satu langkah mendekatiku. “Panggil aku noona, Kai-ah. Aku lebih tua darimu.” Aku terdiam tidak percaya mendengar kalimat terakhir RiHyun itu. Aku hanya terdiam melihatnya yang berjalan menjauh, sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.

RiHyun lebih tua dariku? Aku benar-benar tidak percaya. Dan, tadi lagu apa yang menjadi ringtone iPhone-nya? Itu bukan lagu kami. Bukankah itu lagu Super Junior? Apakah dia seorang ELF? Jadi dia bukan seorang Exotic? Apa dia antis kami?

----

Kris POV

“Hey, apa yang kalian lakukan?” tanyaku saat memergoki SeHun, Kai dan Tao sedang berdiri di depan kamar RiHyun. Aku melihat gelagat mereka seperti orang sedang menguping.

Tiga magnae itu langsung menjauhi tubuh mereka dari pintu kamar RiHyun, membuatku semakin tertarik untuk mendekati mereka. Mereka terlihat ketakutan saat tahu bahwa kegiatan menguping mereka telah aku pergoki. Aku langsung menggiring mereka ke ruang tengah, satu-satunya ruangan yang sepi, karena semuanya sudah terlelap di kamar masing-masing, kecuali kami berempat dan mungkin RiHyun.

“Apa yang kalian lakukan di depan kamar RiHyun?” tanyaku yang duduk di atas sofa, diiringi oleh SeHun, Kai dan Tao yang memilih duduk lesehan di depanku. “Kalian menguping?”. Bukannya menjawab pertanyaanku, justru mereka bertiga saling tatap-menatap, menghiraukanku yang berada di depan mereka. “JAWAB PERTANYAANKU, HUANG ZITAO, KIM JONGIN, OH SEHUN!”. Bentakanku itu membuat mereka menundukan kepalanya, tidak berani menatapku.

“Apa yang kalian dengar?” tanyaku yang membuat ketiga magnae ini mengangkat kepalanya, menatapku tidak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja aku lontarkan. “Itu tidak sopan, kalian tahu itu bukan?”.

“Aku tidak ikut-ikut, Kris hyung. Aku disuruh mengartikan oleh mereka berdua, hyung” adu Tao membela dirinya yang membuatku menatap SeHun dan Kai bergantian. “Aku hanya melakukan apa yang mereka suruh. Aku pun sudah memperingati mereka, tapi mereka terus memaksa, hyung.” “Mengartikan?”. Aku tidak mengerti dengan penjelasan Tao itu. Magnae EXO-M itu langsung menjelaskan lebih lanjut yang membuatku menggangguk mengeri. “RiHyun berbicara dalam bahasa Mandarin, hyung.”

“Lalu, apa saja yang sudah kau translate-kan ke mereka berdua, Tao?” tanyaku santai membuat Tao menatap SeHun dan Kai bergantian. Seolah meminta izin untuk membuka mulut, namun kedua magnae itu menggelengkan kepalanya membuatku geram. “Kalian memberitahukan kepadaku atau aku beritahukan kepada SuHo dan manager hyung kalau kalian belum tidur jam segini dan mengganggu privacy manager baru kita.”

“Akh, arraseo, hyung.” Mendengar ancamanku membuat ketiga magnae ini langsung melontarkan jawaban yang membuatku terkekeh dalam hati.

“Sepertinya RiHyun noona masih bertelepon dengan seseorang, hyung. Sepertinya orang itu lelaki China, karena RiHyun noona terus berbicara dalam bahasa Mandarin dan RiHyun noona memanggil orang itu dengan sebutan ‘gege’.” Aku menengok ke arah Kai yang bersuara pertama kali.

“Aku pikir lelaki itu adalah kekasih RiHyun noona, karena tadi aku sempat membaca nama ‘MyPrince Gege’ terpampang di layar iPhone-nya saat di ruang tengah tadi, hyung” sambung SeHun yang membuatku menahan amarahku.

“Pembicaraan RiHyun dengan lelaki China itu pun menunjukan bahwa mereka itu sepasang kekasih, hyung. Sepertinya lelaki China itu terus-menerus menanyakan kabar RiHyun, karena RiHyun terus-menerus berbicara dan meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja. Dan, lelaki China itu pun menanyakan RiHyun ada di mana, RiHyun berbohong. RiHyun bilang dia berada di rumah abeoji-nya, hyung.” Aku melirik ke arah Tao yang kini menyambungkan penjelasan dua magnae ini.

“Aku pikir lelaki China itu tidak setuju kalau RiHyun berada di Korea, hyung, karena RiHyun terus berbicara untuk tidak mengkhawatirkannya.” Aku terdiam mendengar penjelasan terakhir dari Tao itu. Aku memalingkan tatapanku dari mereka bertiga. Tidak memperdulikan ketiga magnae yang menatapku dengan tatapan yang tidak dapat aku mengerti.

“Jadi, itu alasannya RiHyun noona harus ikut ke China.” Aku langsung menoleh ke arah Kai yang menyadarkanku dari lamunanku. Sepertinya, dia menyadari bahwa kami dapat mendengar gumamannya itu. Kai hanya tersenyum sipul, kemudian menatapku, SeHun dan Tao satu per satu. “Menurutku, dia sangat menarik, hyung.”

Jleb. Hatikut terasa sakit mendengar kalimat Kai barusan. Sekuat tenaga aku berusaha menahan amarahku. Aku tidak mau melampiaskannya di depan dongsaeng-ku. Aku tidak mau melampiaskannya dan membuat mereka mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui.

“Kau menyukainya?” tanya Tao yang menurutku itu adalah pertanyan yang membuatku ingin sekaligus tidak ingin mendengar jawabannya.

“Hah.” Reflek, aku menghela napasku pelan saat Kai menggelengkan kepalanya. Namun, napasku langsung tercekat saat aku mendengar kalimat penjelasan yang ia berikan. “Aku belum yakin, hingga kini aku hanya menganggapnya menarik. Hanya sebatas menarik.” Kembali, aku berusaha mengontrol emosiku saat aku melihat Kai menunjukan sebuah senyum lebar yang terlihat polos kepada kami. Lalu, ia bersuara, memohon kepada kita. “Jangan beritahu ke siapa-siapa ya!”.

“Tidak aku sangka kau tertarik dengan yeoja yang umurnya lebih tua darimu. Kau menyukai noona-noona” ujar SeHun. “Kalau aku lebih memilih yeoja yang umurnya lebih muda dariku. Kan, lucu kita dipanggil ‘oppa’ dari pada kita harus memanggil mereka ‘noona’.”

“Itu bukan urusanmu, SeHun-ah” cibir Kai yang merasa ditentang oleh SeHun.

“Dan, apa karena itu kau menanyakan kepadaku pendapatku tentang RiHyun noona?” tanya magnae itu lagi yang membuatku melihat Kai tersenyum lemah. Kemudian, Kai mengangkat kepalanya, melihat langit-langit ruangan ini.

“Aku rasa aku tahu perasaanku yang sebenarnya untuk RiHyun noona sekarang.” Napasku langsung tercekat saat mendengar pengakuan Kai dengan suara malu-malu itu. “Aku mencintainya.”

----

Author POV

Hari memang sudah berganti, namun matahari belum menampakan dirinya, karena waktu masih menandakan dini hari. Namun, meski begitu, dorm salah satu rookie boyband Korea Selatan yang diasuh oleh SM Entertaiment itu sangatlah sepi. Tidak ada satu orang pun di sana. Karena, semua orang yang menempati dorm itu tengah berada di bandara. Memang hanya EXO-M dan RiHyun yang akan pergi dari negeri ginseng itu, tetapi seluruh member EXO-K memaksa untuk ikut.

Hyung, kau kenapa?” tanya SuHo yang berjalan mendekati Kris yang mengambil tempat duduk jauh dari yang lainnya.

Leader EXO-M itu memang sedari tadi melamun, tidak mempedulikan keadaan sekitarnya. Jika SuHo tidak memanggilnya, mungkin Kris akan tetap asyik dengan lamunannya. Kris menoleh ke arah SuHo dan menggelengkan kepalanya pelan, lalu bersuara. “Memang aku kenapa?”.

“Kau aneh, hyung” komentar SuHo yang mengambil tempat duduk di samping Kris. Secara serentak, kedua leader itu menyandarkan punggung mereka ke bangku yang mereka duduki.

Hyung, menurutmu RiHyun itu seperti apa?”. Kris langsung duduk tegap saat SuHo bersuara. “SeHun sempat bertanya seperti itu kepadaku, hyung” jawab SuHo yang mengerti dengan tanggapan yang Kris berikan atas pertanyaan anehnya yang tiba-tiba itu. Kris menatap SuHo, seolah menyuruhnya untuk bercerita lebih lanjut.

“SeHun bilang dia bertanya seperti itu karena Kai juga memberikan pertanyaan itu kepadanya. Aku tahu dia tidak berbohong, kau tahu sendiri dia tidak bisa berbohong” cerita SuHo membuat Kris kembali menyandarkan punggungnya ke bangku. SuHo melipat kedua tangannya, kemudian bersuara. “Entah kenapa aku terpikirkan sesuatu yang aneh, hyung. Bagaimana jadinya jika salah satu atau beberapa member EXO jatuh cinta dengan RiHyun, mungkin akan menjadi pengalaman yang berarti. Karena, pasti ada pertengkaran dan menjadi tugas yang berat untuk kita sebagai leader, agar pertengkaran itu menghilang. Kau tahu sendiri jika sudah menyangkut tentang cinta siapa pun akan susah untuk bermaafan, apalagi namja seperti kita.”

“Dan, akan lebih seru lagi jika salah satu dari kita-leader-mencintai RiHyun dan member lain juga mencintainya” gumam Kris tanpa sadar.

“Apa maksudmu?” tanya SuHo yang dapat mendengar gumaman asal Kris itu.

“Tidak, hanya berkhayal saja” jawab Kris.

----

XiuMin POV

“Duduk bersamaku ya, RiHyun-ah!” ajakku yang kini sudah berjalan di samping manager baru ini. RiHyun hanya menengok ke arahku sebentar lalu bergumam ‘terserah kau saja’, yang membuatku langsung mengikutinya.

Aku duduk bersama yeoja yang sejujurnya menarik ini. Dia terlihat tomboy dengan pakaian santai itu, namun tidak menghilangkan kesan elegant pada dirinya. Kaos hitam bergambar, mantel pink yang ia tidak kancingkan, black jins dan sepatu kets serta tidak tertinggal earphone yang melingkar di lehernya. Dia mengambil tempat duduk di dekat jendela, membuatku menduduki tempat duduk yang tersisa.

“Boleh aku berbicara denganmu?” tanyaku saat ia hendak memakai earphone-nya. Ia mengurungkan niatnya, lalu hanya terdiam tanpa menatapku.

“Kau menyuruh Kai memanggilmu ‘noona’ berarti SeHun pun harus memanggilmu ‘noona’, apakah aku harus memanggilmu ‘noona’ juga?” tanyaku.

“Kau tidak perlu memanggilku ‘noona’” jawabnya tanpa menatapku.

“Memang kapan kau lahir?” tanyaku lagi berusaha lebih akrab dengannya.

“Aku lebih tua dari MinHo SHINee tapi lebih muda dari Key SHINee” jawabnya sekali lagi tanpa menatapku. Entahlah, sepertinya awan lebih menarik dari pada wajah imut nan tampanku ini.

Suasana hening menyelimuti kita berdua. RiHyun tidak kunjung menengok ke arahku, sementara aku terus menatapnya yang tidak kunjung memakai earphone-nya. Aku menatapnya dengan tatapan lembut, hingga dia menengok ke arahku, menatapku dingin dan bersuara. “Bisa kau tidak mematapku seperti itu?”. Aku hanya dapat cengengesan mendengar protesnya itu.

“RiHyun-ah, boleh aku memanggilmu seperti itu?” tanyaku.

“Sedaritadi kau memanggilku seperti itu dan aku tidak protes” jawabnya yang membuatku mem-pout-kan bibirku.

“Bisa kau memanggilku ‘gege’?” tanyaku yang berhasil membuatnya melirik ke arahku. Ia melontarkan tatapan tajamnya kepadaku. “Aku lebih tua darimu, jadi kau tidak bisa menolak.”

“Aku akan memanggil kau ‘oppa’, aku tidak menerima kata protes” tegasnya yang lalu mengalihkan wajahnya dariku kembali. Belum sempat aku memprotes, ia sudah memakai earphone-nya. Aku hanya dapat menghela napasku menghadapi sikap manager yang sangat dingin ini.

----

RiHyun POV

Aku terus melangkahkan kakiku tanpa tujuan. Bukannya aku tidak mempunyai tujuan, tetapi karena namja Korea yang berjalan di belakangku ini. Dia terus mengikutiku. Bukan, dia bukan penggemarku. Lagi pula kenapa dia mau jadi penggemarku? Aku bukan seorang idol atau member dari sebuah girlband terkenal atau pun seorang penyanyi atau artis. Aku hanya seorang manager dari boyband rookie asuhan SM Entertaiment, lagi pula, publik belum mengetahui bawa aku ini adalah manager baru dari boyband tiga huruf itu, dan tidak akan pernah tahu, karena aku tidak mengizinkannya.

Aku menghentikan langkah kakiku, membalikan badanku. Aku berdiri menghadap namja Korea itu dengan tatapan bertanya kepadanya. Mungkin bukan hanya tatapan bertanya, tetapi juga tatapan terganggu. Namja Korea itu hanya menatapku polos yang membuatku semakin kesal dengannya.

“Bisa kau meninggalkanku?” tanyaku.

“Jangan panggil aku ‘kau’, panggil aku ‘oppa’.” Dia bersuara, tetapi bukannya menjawab pertanyaanku justru namja ini mengalihkan pembicaraan. “Kau sudah berjanji, RiHyun-ah.”

“Hah.” Aku menghela napasku. Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa mengusir namja Korea ini, seorang namja Korea yang menjadi member tertua dari boyband yang diberi nama EXO. Aku tahu bahwa member EXO yang memiliki nama panggung XiuMin ini memang ingin mengakrabkan dirinya denganku.

Tap. Tap. Tap. Aku melangkahkan kedua kakiku mendekatinya. Kini jarak di antara aku dan XiuMin hanya tinggal 1 langkah kaki anak-anak saja. “Bisakah oppa meninggalkanku?”.

Tell me where is your destination!”. Aku menatapnya tajam saat ia menjawab pertanyaanku bukan dengan sebuah jawaban.

Aku mendengus kesal menghadapi sikap XiuMin yang semenjak di pesawat sudah mulai menyebalkan ini. Kini kami memang sudah berada di China, dan rencananya aku ingin bertemu dengan seseorang. Namun, XiuMin memaksa untuk ikut denganku. Aku tidak menjawab dan langsung meninggalkannya begitu saja, dan aku tidak menyangka bahwa dia mengikutiku sampai sekarang. Ada satu hal yang patut aku syukuri dan patut aku kesali. Yang patut aku syukuri adalah hanya XiuMin yang mengikutiku dan yang patut aku kesali adalah rencanaku bertemu dengan orang itu gagal, karena namja Korea ini.

Memang bisa saja aku bertemu dengan orang itu bersama XiuMin, namun ini berbeda. Orang yang ingin aku temui bukanlah orang biasa. Tidak ada yang tahu bahwa aku sudah dekat dengan orang ini, bahkan sangat dekat. Memang hubungan kami sangat tersembunyi, karena pekerjaannya dan status abeoji-ku.

“Bisa kita ke restorant itu, oppa?” tanyaku menunjuk ke arah restorant yang berada di belakang XiuMin. Aku melihat XiuMin menengok ke belakangnya. Ia mengamati benar-benar restorant yang aku tunjuk itu, dan itu membuatku tersenyum puas, karena namja Korea ini terjebak oleh bujukanku. Dia langsung mengiyakannya. Dan, tentu saja, aku langsung meninggalkannya menuju restorant itu.

Tidak, aku tidak lapar. Aku hanya menemukan ide bagus untuk tetap bertemu orang itu secara tersembunyi.

----

XiuMin POV

“Yack, kau tadi yang mengajakku ke sini!” ucapku yang membuat manager baru ini mendelik kesal ke arahku yang bersuara dengan nada tinggi kepadanya itu. “Kau mengajakku ke sini, aku pikir kau lapar, tetapi kau justru menyuruhku untuk makan, sementara kau hanya memesan juice saja?”.

Dia mengibas-ngibaskan tangan kanannya di depanku. “Sudahlah diam saja, aku sedang berbaik hati membiarkan oppa memakan apa pun yang oppa mau.” Dia bersuara tanpa mengalihkan perhatiannya dari iPhone-nya itu.

Aku hanya dapat mendengus kesal melihat sikapnya itu. Jujur saja aku ingin sikap dingin dan cueknya itu berkurang, meski hanya sedikit. Aku ingin lebih akrab dengannya, meski aku sadari dan ketahui itu akan sangat membutuhkan tenaga dan kesabaran yang luar biasa.

“Aku ke kamar mandi dulu, oppa” ujarnya yang langsung pergi begitu saja, tanpa menunggu jawaban dariku. Aku hanya dapat menatap punggungnya yang menjauh, sebelum hilang di balik dinding.

“Hah.” Aku menghela napasku berat. Aku menyandarkan punggungku dan menatap nanar makanan yang bahkan masih tersisa banyak itu. Entahlah, aku merasa tidak nafsu makan.

Kemudian, aku menatap ke tempat duduk di depanku, tempat yang beberapa saat lalu menjadi tempat yang diduduki RiHyun. Aku menatap tempat itu lama, hingga sebuah ide lewat di pikiranku. Dengan segera, aku pun beranjak dari tempat dudukku menuju toilet.

Gege, I’m sorry.” Langkahku langsung berhenti begitu saja saat mendengar suara RiHyun. Dengan segera, aku melirik ke depan pintu kamar mandi. Aku mendapatinya, RiHyun dan seorang lelaki. Aku pun langsung menyembunyikan badanku di dinding.

Jangan salahkan aku, jika aku menguping pembicaraan mereka. Aku ingin tahu seperti apa orang yang ingin ditemui oleh RiHyun secara diam-diam itu. Apakah orang itu terlalu terkenal, sehingga tidak boleh ada yang mengetahui pertemuan mereka ini? Apa hubungan RiHyun dengan orang itu? Apakah mereka sepasang kekasih?

Deg. Entah kenapa, aku langsung memegang dadaku saat kata ‘sepasang kekasih’ muncul di benakku. Aku menundukan kepalaku. Entah kenapa, aku merasa sedikit takut dan sakit, jika kata itu menjadi sebuah kenyataan.

“Aku berjanji lain kali aku akan berkunjung ke apartement-mu, bertemu denganmu, gege.” Kedua mataku langsung membulat sempurna saat mendengar suara RiHyun yang mengutarakan janji itu. Aku pun langsung melirik ke arah mereka. Dan, aku menyesalinya, karena kini aku melihat dengan kedua mata kepalaku sendiri RiHyun tengah memeluk erat tubuh lelaki itu dan lelaki itu pun membalasnya.

“Tidak apa-apa, aku tidak mempermasalahkannya.” Kedua mataku langsung menajam saat lelaki itu bersuara. Entah kenapa, suaranya tidak asing untukku. Dan, hal itu membuatku semakin ingin mengetahui siapa lelaki itu.

Aku melihat lelaki itu melepaskan pelukannya dengan RiHyun. Kini lelaki itu mengacak-acak kecil rambut RiHyun. “Tapi, aku ingin kau jujur. Untuk apa kau ke Korea? Apa abeoji-mu itu memaksamu untuk ke sana, eoh? Lalu, apa yang kau lakukan untuknya?”. Aku mengeryitkan keningku mendengar pertanyaan lelaki itu. Aku merasa lelaki itu terlalu protective kepada RiHyun. Namun, aku tidak melihat gerak tubuh RiHyun yang menandakan bahwa dia risih dengan sikap lelaki itu. Dia justru terlihat tenang.

“Tenanglah, gege. Aku memang datang ke sana untuk menemui abeoji, beliau menyuruhku untuk datang ke sana, karena ia ingin aku melakukan sesuatu untuknya.” Aku memiringkan kepalaku, bingung, mendengar jawaban yang diberikan oleh RiHyun. Entah kenapa, aku ingin sekali mengetahui seperti apa sosok lelaki yang dipanggil ‘abeoji’ oleh RiHyun itu.

“Dan, aku akui bahwa aku berbohong” aku RiHyun.

Hening. Tidak ada yang berbicara di antara mereka. Mereka berdua hanya saling menatap, membuatku semakin penasaran dengan hubungan antara mereka. Dan, kini, aku semakin mempertajam kedua mataku untuk lebih mengenali lelaki yang bersama RiHyun itu, karena suaranya benar-benar tidak asing untukku.

Boyband apa yang kau asuh?” tanyanya yang membuat jantungku berdetak lebih cepat, napas tercekat dan kedua mataku kembali membulat sempurna. Dalam hati, aku berdoa agar RiHyun tidak menjawab pertanyaan lelaki itu.

Boyband baru, gege, EXO.”

----

LuHan POV

“Siapa yang datang, Chen?” tanyaku kepada Chen yang sudah duduk di sampingku kembali. Aku bertanya seperti itu kepadanya, karena beberapa detik yang lalu bel dorm kami berbunyi dan Chen-lah yang melihat siapa yang datang.

“XiuMin hyung dan RiHyun-sshi, hyung” jawabnya.

“Kami pulang!”. Aku langsung menengok ke sumber suara saat aku mendengar suara XiuMin yang memasuki ruang tengah.

“Kenapa baru pulang?” tanya Kris yang memang berada di ruang tengah, hampir semua member EXO-M berada di sini, kecuali Lay.

Pertanyaan Kris itu membuat RiHyun menghentikan langkahnya. Manager baru itu menengok ke arahku, karena Kris duduk tepat di sampingku. Hal itu membuatku dapat menatapnya. RiHyun pun menatap seseorang juga, entah siapa itu. Aku atau Kris, aku tidak dapat mengetahuinya, karena kini aku menatapnya dalam. Entahlah, aku tertarik untuk menyelidik tatapan manager baru ini. Menurutku, tatapan itu unik, membuatku tertarik untuk menyelidiki arti dari tatapan itu. Karena, aku sendiri pun tidak tahu arti dari tatapan itu.

“Bisakah kau tidak menatapku seperti itu, LuHan oppa?” tanya RiHyun yang membuatku tersadar. Dengan segera, aku langsung menggelengkan kepalaku cepat, mengumpulkan kesadaranku. Aku menatap ke arah RiHyun, kemudian ke arah Kris. “Aku benci, jika ditatap seperti itu.”

Hening. Tidak ada yang berbicara di antara kami, kami semua sibuk menatap seseorang. Aku sibuk menatap RiHyun. Sementara yang lainnya, aku tidak tahu dan tidak peduli.

“Sudahlah, aku benci, jika harus berlama-lama di sini” ujar RiHyun yang memecah keheningan ini. “Tadi kami berjalan-jalan mengelilingi kota ini. Jadi, kami terlambat. Sorry made you to wait us, Kris oppa.” Tidak ada yang bersuara, kami-member EXO-M-lebih memilih membiarkan RiHyun berbicara sesukanya. “And, did you have a dinner? if your answer is not, I’ll make a dinner for you.”

We had a dinner last minute, so you must not make dinner for us” jawab Kris dalam bahasa Inggris yang tentunya sangat lancar.

Okey, so all of you must go to sleep now!” ujar RiHyun dengan nada tegas, seolah-olah kami wajib melaksanakan apa yang ia ujarkan barusan.

Do you know where is your room?”. Sekali lagi, Kris berbicara dalam bahasa Inggris kepada RiHyun. Dan, hal itu membuatku seperti menonton sebuah film barat tanpa subtitle.

I don’t know, and XiuMin oppa will show to me where is my room.” RiHyun langsung menarik salah satu tangan XiuMin, setelah ia berujar. Dan, hal itu membuat XiuMin terlonjak kaget, hingga ia pasrah diseret paksa oleh RiHyun.

Aku hanya dapat melihat layar TV yang masih menyala ini dengan tatapan tidak fokus. Entahlah, aku merasa akan ada sesuatu yang buruk yang terjadi. Tetapi, aku tidak tahu itu apa. Dan, aku membenci hal itu. Entahlah, aku selalu merasakan sesuatu yang buruk terjadi, tetapi aku tidak tahu apa itu hingga sesuatu yang buruk itu terjadi aku tidak dapat mencegahnya sama. Aku benci hal itu, karena itu membuatku tidak berguna sama sekali.

Why all of you don’t go to sleep?”. Aku terus melamun hingga aku mendengar suara RiHyun tepat berada di belakangku.
Sontak aku langsung menengok dan sepertinya Kris dan Chen pun seperti itu. Aku melihat RiHyun berdiri tegap menatap kami bertiga.

Do you want manager angry with me, ‘cause all of you don’t sleep until now?” ujarnya lagi dalam bahasa Inggris.

Noona, kita sekarang berada di China, jadi bisakah noona berhenti berbicara bahasa Inggris?” ujar Tao yang membuat RiHyun melirik ke arahnya, begitu juga denganku. Aku mendapati Tao berdiri di ambang pintu dapur dan ruang tengah.

“Hah, whatever.” RiHyun mendengus kesal. “Ada yang bisa aku bantu?”.

“Tidak ada.” Aku langsung menengok ke Kris saat sang leader menjawab pertanyaan manager baru ini. “Kau hanya perlu berhenti berbicara dalam bahasa Inggris, tidak semua member mengerti bahasa asing sepertiku.”

RiHyun menyanggupi permintaan Kris itu, sebelum ia menolehkan kepalanya, mencari seseorang. Ia terus seperti itu, hingga ia bersuara dan menatap kami semua. “Dimana Lay oppa?”.

“Di kamar, aku menyuruhnya beristirahat. Dia sedikit kelelahan” jawabku dan entah perasaanku atau memang benar, tubuh RiHyun menegang mendengar jawabanku barusan.

----

Author POV

Noona, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Tao yang mencegah langkah RiHyun yang hendak pergi ke kamar Lay-LuHan. “Apa noona sudah punya kekasih?”.

Deg. Tanpa diketahui oleh magnae EXO-M itu, pertanyaan yang ia lontarkan barusan itu membuat detak jantung beberapa member EXO-M berdetak lebih cepat dari biasanya. Membuat beberapa member EXO-M ingin dan tidak ingin mendengar jawabannya.

“Punya atau tidak itu bukan urusanmu. It’s my privacy, so don’t annoying me” jawab RiHyun santai yang kemudian menoleh ke arah Kris yang juga menatapnya. “Dan, tolong, jangan menatapku dengan tatapan kalian yang sekarang! Aku membenci tatapan kalian kepadaku itu. Dan, Kris oppa, kau leader, bukan? Tolong, beritahu mereka dan suruh mereka untuk tidak menatapku seperti itu lagi!”.

Hening. Tidak ada yang berani menjawab ucapan RiHyun barusan. Semua member EXO-M pun langsung mengalihkan pandangannya dari RiHyun, kecuali Kris. Lelaki itu tetap menatap RiHyun, mereka berdua pun masih saling menatap.

“Aku ingin ke kamar Lay oppa, aku ingin memeriksa keadaannya. Dan, aku berharap tidak ada yang masuk ke dalam kamar Lay oppa saat aku masih berada di dalam.” Setelah mengucapkannya, RiHyun langsung melangkah ke kamar Lay-LuHan. Tao, Kris, Chen ataupun LuHan pun tidak memberikan respon apapun. Mereka terdiam, hingga mereka memutuskan untuk masuk ke kamarnya masing-masing, kecuali LuHan yang memang belum bisa memasuki kamarnya.

----

Kai POV

“Hah.” Aku menghela napasku berat. Aku membanting badanku ke atas tempat tidurku. Aku menoleh ke arah D.O. yang tiba-tiba bersuara, bertanya keadaanku yang menurutnya aneh itu. Aku hanya menatapnnya dan tersenyum simpul tanpa bersuara sedikit pun.

Aku melihat ke langit-langit kamarku, aku menerawang langit-langit kamarku itu. Aku bingung, aku tidak tahu harus melakukan apa. Seharian ini, di otakku hanya ada satu nama. Seharian ini, hanya satu nama yang mengisi  hatiku. Seharian ini, aku tidak bisa menguasai diriku sendiri. Aku kalah dari sebuah nama yang terus menguasai diriku, secara batin dan fisik. Sebuah nama yang sama. Sebuah nama yang dimiliki oleh seorang yeoja yang menjadi manager baru boyband-ku. Seorang yeoja bernama lengkap Cho RiHyun. Nama yeoja itu selalu  menguasaiku, mengisiku. Itu tidak dapat dipungkiri dan aku tidak dapat berbohong tentang ini.

Aku bangkit dari tempatku tiduran. Aku duduk di atas kasurku. Aku menghela napasku berat, entah untuk ke berapa kalinya. Kemudian, aku mengacak-acak rambutku frustasi dengan teriakan yang tertahan di ujung tenggorokanku.

Kemudian, aku melirik ke arah D.O. yang sudah terlelap. Perlahan, aku bangkit dari tempat tidurku. Aku berjalan mendekati tempat tidur di mana D.O. tengah terlelap tidur. Aku duduk di ujung tempat tidurnya, lalu memeluk tubuh namja yang umurnya lebih tua dariku itu. Dan, hal itu membuat D.O. terbangun dari tidurnya yang tenang itu.

Waeyo?” tanyanya yang melepaskan pelukan tiba-tiba yang aku berikan ini. Aku tersenyum simpu dan itu berhasil membuat D.O. mengerucutkan bibirnya. “Jawab pertanyaanku, Kai-ah! Kau dari tadi tidak menjawab satu pun pertanyaanku, aku bosan melihat senyummu itu.”

Aku terkekeh pelan. Kemudian, aku pun membaringkan tubuhku di atas tempat tidur D.O. yang berhasil membuatnya memarahiku. Aku langsung menarik tubuhnya untuk tidur di sampingku. Kemudian, aku memeluk tubuhnya dari samping. “Tidurlah, hyung! Aku akan menceritakannya saat kau tertidur, aku terlalu malu untuk mengakuinya saat kau terbangun.” D.O. terdiam, kemudian mengangguk. Dia menuruti apa yang aku minta. Hal itu membuatku tersenyum melihatnya.

tbc...

'Cause, I'm GengFans Chapter 1 ~The Begining~

Title : ‘Cause, I’m GengFans
Genre : Friendship, Love, Family, Romance (maybe)
Main Cast : Cho RiHyun (OC), All Members Of EXO
Support Cast  : Lee HyunBi (OC), All Members Of SuperJunior
Author : RistaMania
Length : Multychapter (4.033 words)
Rating : PG-15 (?)
Disclaimer : All casts in this ff are belong to God, but this story (ff) is mine

--The Begining--

RiHyun POV

“Tapi, abeoji, aku kuliah di sini” sahutku yang mungkin bukan hanya dapat didengar oleh orang yang kini sedang bertelepon denganku, tapi juga orang-orang yang berada di sekitarku. Terbukti dari beberapa mahasiswa yang melewatiku, mereka langsung menoleh ke arahku, menatapku heran, tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan, karena aku menggunakan bahasa Korea. Namun, tatapan mereka itu tidak berlangsung lama, karena aku langsung memelototi mereka semua.

Kini aku memang berada di taman kampus, lebih tepatnya aku sedang duduk di bangku panjang yang berada di bawah pohon rindang. Aku tidak mempedulikan sekitarku. Aku terus bertelepon dengan orang Korea ini dengan suara keras. Aku tidak peduli ada yang akan mendengarnya, karena mereka tidak akan mengerti sebab aku menggunakan bahasa Korea. Jika pun ada yang mengerti, aku tetap tidak peduli.

“Jangan berbohong!”.

“Yack, abeoji!”. Sekali lagi, aku mengeraskan suaraku, membuat beberapa mahasiswa yang melewatiku memandangku sebentar, lalu mempercepat langkah mereka setelah aku pelototi. “Untuk apa aku berbohong? Asal abeoji tahu sekarang aku berada di kampus. Perlu bukti? Akan aku panggilkan hoobae-ku untuk memberitahukanmu di mana aku sekarang, eoh? Mau?”.

Abeoji percaya kau berada di kampus. Namun, kau perlu tahu bahwa eomma-mu sudah memberitahuku bahwa tiga bulan yang lalu kau itu sudah lulus.” Glek. Aku menelan ludahku susah payah saat mendengar jawaban dari abeoji barusan. “Kau tidak perlu berbohong lagi, RiHyun-ah. Abeoji tahu kau selalu pergi ke kampus, karena semua temanmu masih kuliah, tidak sepertimu. Kau pergi ke China bukan dua bulan yang lalu? Kau di sana selama setengah bulan bukan? Abeoji tahu semua tentangmu, meski kita berbeda negara. Kau mau tahu siapa yang memberitahukan abeoji, eoh? Eomma-mu, dialah yang memberitahu abeoji. Sudahlah, lebih baik kau turuti keinginan abeoji. Kau datang kemari dan lakukan apa yang abeoji suruh. Kau tidak akan menyesal. Abeoji janji!”.

Arraseo, arraseo. Aku memang berbohong. Mian.” Tahu bahwa tidak dapat mengelak lagi, aku pun hanya dapat meminta maaf. Meski, permintaan maafku itu lebih terdengar mencari ribut. “Aku akan ke sana tiga hari lagi.”

“Tidak ada tiga hari, dua hari atau besok. Sekarang juga kau berangkat. Pulanglah dan kau akan menemukan paket berisi tiket pesawat hari ini.”

Kedua mataku membelalak mendengar ucapannya itu. Namun, sedetik kemudian, aku kembali berteriak. “Arraseo, arraseo, aku akan berangkat malam ini juga. Abeoji puas, eoh? Sudahlah, pulsaku habis. Bye!”. Tanpa permisi, aku langsung menyelesaikan hubungan telepon  ini.

Aku mendengus kesal mengingat percakapan itu. Aku menyimpan iPhone-ku ke dalam tas selempangku ini. Aku melipat kedua tanganku dan mempoutkan bibirku. Aku sangat kesal dengan pria yang aku panggil ‘abeoji’ itu.

“YACK, ABEOJI TUA, ABEOJI BAU TANAH, ABEOJI RESE???!!! KAU TIDAK PUNYA OTAK, KAU SIALAN!” umpatku menumpahkan segala kekesalanku.

“Weits, jaga omonganmu, Rista!”.

Kedua mataku langsung membelalak mendengar sebuah suara tidak asing untukku itu berbicara denganku dalam bahasa Indonesia. Sontak, aku melirik ke sumber suara. Aku langsung tersenyum lebar-yang terlihat bodoh-yang berhasil membuat perempuan itu mengangkat kedua alisnya. Kemudian, aku pun menyandarkan punggungku di bangku panjang ini dan tersenyum sipul. Lalu, ia pun duduk di sampingku.

“Baru kali ini aku mendengar kau memanggil appa-mu seperti itu? Abeoji? Tumben sekali” tanyanya yang aku jawab dengan senyuman bodohku ini.

Aku langsung merangkul perempuan yang menjadi alasan aku selalu pergi ke kampus. Merangkul perempuan yang lebih muda dariku yang memiliki nama panggilan Emi ini. “Aku lapar! Temani aku ke kantin!”.

Ia mendengus kesal mengetahui aku yang mengalihkan pembicaraan. “Arraseo, eonni. Aku juga tidak punya jadwal kuliah lagi hari ini. Ayo, kita ke café biasa!”.

----

SuHo POV

“Eeerrrnggghhh.” Aku merenggangkan badanku yang terasa kaku akibat terlalu lama duduk di sofa ini. Entah sudah berapa lama, aku menghabiskan waktu untuk menyelesaikan novel yang kini sudah aku simpan. Aku mengerjapkan kedua mataku yang terasa memanas akibat tidak berkedip beberapa menit terakhir. Dan, sekali lagi, aku merenggangkan badanku ini seraya memejamkan kedua mataku rapat-rapat.

“SUHO HYUNG!!!”.
Brugh.
“YACK!”.

Tiba-tiba, aku mendengar teriakan SeHun. Dan, tiba-tiba juga, magnae itu menubruk tubuhku yang masih duduk di sofa ini. Dia memelukku dan membuatku berteriak, memprotes tingkahnya itu.

“Yack, apa yang kau lakukan, Oh SeHun?”. Aku mendorong kepala SeHun, agar menjauhiku.

SeHun hanya cengengesan melihatku yang kesal dengan tingkahnya itu. Lalu, namja itu mengambil tempat duduk di sampingku.

Waeyo? Kenapa kau kelihatan senang sekali?”.

“Malam ini EXO-M akan terbang ke sini, hyung” jawabnya yang membuatku mengeryitkan keningku.

“Aku baru mendengarnya? Kau tahu dari mana, eoh? Kenapa aku tidak tahu?” tanyaku memastikan berita yang SeHun berikan itu benar.

“Tadi aku diberitahu LuHan hyung” jawabnya. Kemudian, salah satu jarinya itu menunjuk ke arahku. “Dan, hyung adalah member terakhir yang aku beritahu.”

Aku merasa melupakan sesuatu saat mendengar penjelasannya itu. Dan, hal itu membuatku berusaha untuk mengingat hal yang aku lupakan itu, membiarkan SeHun berceloteh ria sendiri tanpa aku tanggapi.

Tiga menit kemudian, aku langsung menjetikan jariku saat mengingat hal itu. “SeHun beritahu yang lain kita kalau kita dipanggil SooMan seonsaengnim. Beliau menyuruh kita untuk datang ke gedung SME besok.”

“Untuk apa? Apakah mau membicarakan tentang manager baru kita, eoh?” ujar SeHun yang membuatku memutar otakku lagi.

Aku menggelengkan kepalaku. “Tadi aku bertanya ke manager hyung tentang dia meminta cuti, tapi dia bilang dia tidak meminta cuti. Itu hanya gossip saja, katanya.” SeHun terlihat kaget mendengar apa yang aku ucapkan tadi. “Manager hyung bilang pertemuan besok menyangkut masalah manager juga, SeHunnie.” SeHun pun manggut-manggut mendengar penjelasan tambahanku itu.

“Aku harap jika memang ada manager baru itu yeoja. Lumayan cuci mata, hyung.” PLAK. Aku langsung melemparkan bantal yang tadi aku pegang ke arah Kai yang tadi lewat di depanku dan berbicara seenaknya.

“YACK, HYUNG, KAU JAHAT!” teriaknya.

“Jaga bicaramu, Kim JongIn” ceramahku yang membuatnya mempoutkan bibirnya.

----

Author POV

“Oh, iya, RiHyun-ah.” Emi memanggil RiHyun yang duduk di hadapannya itu, membuat acara makan siang mereka berdua terhenti sesaat. RiHyun melihat Emi mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian, memberikan barang yang ternyata secarik kertas itu kepada RiHyun. RiHyun pun membacanya.

“Aku akan pergi ke Korea Selatan, Mama dan Papaku menjanjikannya. Tapi, jika aku sudah lulus” cerita Emi. RiHyun yang selesai membaca itu pun menatap Emi. Dia memberikan kembali secarik kertas yang berisikan perjanjian antara Emi dan orang tuanya itu. “Yah, lumayanlah, yang penting tetap ke Korea. Dan, mungkin saja, saat aku ke Korea, aku akan bertemu dengan EXO.” Emi mengakhiri ceritanya dengan kekehan kecil. Berbeda dengan RiHyun yang justru menatapnya tajam.

Emi terus bercerita panjang lebar mengenai bayangannya itu. Bayangan jika ia memang ke Korea Selatan. Suatu bayangan yang tidak akan lepas dari kata EXO. Dan, Emi tidak sadar bahwa temannya itu tidak tertarik dengan ceritanya. Tanpa ia sadari, RiHyun berharap bahwa hal itu tidak akan terjadi. Dengan begitu, rahasia yang selama ini ia sembunyikan tidak akan terbongkar. Rahasainya tentang eomma, appa, abeoji, pekerjaan ketiga orang tuanya itu dan hubungannya dengan abeoji-nya itu.

----

RiHyun POV

“Hah.” Aku menghela napasku berat seraya melempar badanku ke atas tempat tidurku. Aku merenggangkan tubuhku yang entah kenapa terasa kaku ini. Aku memejamkan kedua mataku. Aku ingin sekali waktu berhenti. Berhenti. Tidak berjalan maju atau pun mundur. Diam di tempat.

Aku membuka kedua mataku. Menatap langit-langit kamarku, sebuah senyum sipul terbentuk di bibirku. Lalu, aku bangkit dan berjalan menuju balkon kamarku. Aku melihat dengan seksama langit senja ini. Langit yang tidak bisa aku lihat esok hari. Karena, aku sudah tidak di sini lagi. Karena, aku sudah berada di Korea Selatan. Aku tahu bahwa aku akan menetap di sana dan entah kapan aku akan kembali ke sini. Aku tidak tahu berapa lama aku akan menetap di sana.

Aku memejamkan kedua mataku lembut. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahku. Aku merasakan kedua mataku memanas. Dan, itu membuatku berharap agar semilir angin dapat menghilangkan rasa panas ini. Namun, percuma, beberapa mutiara halus itu berhasil menerobos kedua mataku yang masih terpejam ini. Aku menggigit bibir bawahku, menahan isak tangisku.

“Hehe.” Aku terkekeh pelan menyadari bahwa mood-ku langsung berubah drastis. Menyadari bahwa kejadian itu mulai memenuhi otakku. Menyadari bahwa aku mulai merutuki kejadian itu lagi. Aku merasakan sesak yang menyerangku tiba-tiba itu menghilang, membuatku membuka kedua mataku dengan perlahan.

“Hah.” Aku menghela napasku. Aku menyesal telah membuka kedua mataku ini, karena sesak kembali menyerangku. Membuatku mau tidak mau harus bernapas lewat mulut. Aku tersenyum miris saat aku menyadari bahwa aku tidak dapat memikirkan hal lain, selain kejadian itu. Kejadian di masa laluku. Aku pun mendongakan kepalaku, pasrah. Aku tidak bisa mengelak dari pikiranku ini. Membuatku mau tidak mau kembali bernostalgia.

“Hah.” Kembali, aku merasakannya. Pusing menyerang kepalaku. Airmata tidak berhenti membuat sungai di kedua pipiku. Sesak di dada yang membuatku harus bernapas lewat mulut. Tubuh lemas yang membuatku berpegangan dengan pagar di depanku ini. Itu semualah yang pasti akan terjadi kepadaku secara tiba-tiba, saat kejadian itu memenuhi otakku.

--FlashBack :ON--
RiHyun POV

Hanya satu yang dapat aku lihat. Hanya satu yang dapat aku rasakan. Hanya satu yang dapat aku dengar. Hitam. Dingin. Lagu berjudul 'Bring Me To Live'.

Aku bernapas dengan mulutku. Namun, napasku itu terputus-putus. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhku yang hanya memakai white shirt dan black hotpants. Aku tidak tahu. Aku tidak ingat. Entah apa yang terjadi hingga mantel pink, black skirt, black shocks dan boots-ku tidak lagi aku pakai. Semuanya terjadi begitu saja hingga aku duduk di pojok ruangan ini. Duduk tanpa alas dengan tangan dan kaki terikat kuat. Duduk sendiri dengan earphone-entah milik siapa-terpasang cantik di kedua kupingku, memutar lagu itu. Sebuah lagu yang membuat suasana yang aku rasakan ini menjadi sangat lengkap. Sendiri, takut, gelap, dingin dan lagu yang terdengar sedikit menakutkan itu.

Aku berusaha untuk mempertajam indra penglihatanku saat melihat pintu gudang ini terbuka. Seseorang masuk ke dalam, melangkah mendekatiku. “Nu...Nu...Gu...Nuguya?”. Tanpa sadar, aku berbicara dalam bahasa Korea, membuat langkah orang yang baru masuk itu berhenti. Seorang perempuan dengan gelas kaca di tangan kanannya dan botol wine di tangan kirinya.

“Cih, dasar!”. Aku menjadi ketakutan saat mendengar suaranya itu. Sebuah suara yang sangat dingin dan penuh dendam di dalamnya. Dan, ketakutanku ini semakin menjadi saat perempuan itu melangkah mendekatiku. Lalu, berhenti tepat di depanku. “KAU TERLALU SOMBONG, RISTA! CHO RIHYUN! KAU SEENAKNYA SAJA MENGAMBIL SEMUANYA DARIKU! Menjadi idola di sekolahku, padahal kau bukanlah murid di sekolahku. Menjadi pilihan pria tua itu. Dan, kau, kau mengambil kedua sahabatku. Kau mengambil mereka dari sisiku. Kau mengirim mereka ke neraka sana. Kau membuat mereka memihakmu. Kau membuatku membunuh mereka. BRENGSEK KAU, CHO RIHYUN!”.

PRANG. PRANG.
“AAAAAAA.....????!!!!”.

--FlashBack : OFF--

“Hah.” Aku menghela napasku saat kejadian itu terulang begitu saja di dalam imajinasiku. Kejadian di mana teman lamaku itu menculikku, membentakku dalam keadaan mabuk, memecahkan gelas dan botol wine itu, membuatku kehilangan indra penglihatanku. Perlahan, tangan kananku naik-memegang salah satu ujung mataku. Aku tersenyum miris. Kini aku memang dapat melihat, karena aku mendapatkan pendonor mata. Seorang pendonor mata yang adalah sahabat terdekatku. Seorang pendonor mata yang berkat keikhlasannnya itu membuatku dijaga ketat oleh appa, eomma dan abeoji-ku.

Aneh? Mungkin. Aku memiliki tiga orang tua. Eomma tidak selingkuh dari appa. Abeoji bukanlah orang tua kandungku, pria itu menyuruhku memanggilnya abeoji dan aku menurutinya. Aku bertemu dengan abeoji, karena aku iseng mengirimkan naskah berisi FF-ku di mana cast-nya adalah idols di bawah naungannya itu. SMEntertaiment. Memang pria yang aku maksud adalah Lee SooMan. Dia sosok abeoji sekaligus boss-ku. Karena, setelah pria itu membaca FF-ku, dia selalu meminta seluruh karya tulisku itu. Kemudian, dia menjadikannya buku, tapi bukan untuk diterbitkan. Aku tidak tahu dikemanakan karyaku itu.

----

Author POV

“Hah.” RiHyun menghela napasnya pelan. Kemudian, ia mengambil kacamata dari dalam tas selempang kecilnya yang ia sampirkan di pundaknya itu. Setelah memakai kacamata hitam itu, yeoja itu mengedarkan pandangannya.

Kini yeoja keturunan Indonesia-Korea itu berada di salah satu bandara yang dimiliki oleh ibukota Korea Selatan itu. Setelah merasa puas melihat keadaan sekitar, RiHyun menarik kopernya yang berwarna sapphire blue itu. RiHyun terlihat asyik melenggang dengan kedua kuping tertutup earphone-nya, terlihat jelas bahwa ia tidak mempedulikan sekitarnya. Ia terus melenggang di bandara yang lumayan sepi itu, karena ini baru jam 3 pagi.

Brugh. Brugh.

Tanpa disadari oleh RiHyun ada seseorang dari arah berlawanan yang berlari terburu-buru. Dan, dua insan itu tanpa sengaja saling bertabrakan. Kini mereka berdua-RiHyun dengan seorang namja yang terlihat jelas bahwa dia bukanlah orang Korea-jatuh tersungkur dengan posisi saling berhadapan. Tanpa mereka sadari, mereka melakukan hal yang sama secara serentak. Merintih sakit, berdiri bersamaan hingga membersihkan pakaian mereka yang sedikit kotor itu pun bersamaan.

“Yack, apa kau tidak punya mata, eoh?”. RiHyun bersuara dengan nada suara tinggi, terdengar sekali kalau yeoja itu tengah marah. Ia mengalungkan earphone-nya yang masih memutar lagu itu.

“Aku tidak sengaja, aku terburu-buru” jawab namja itu yang masih sibuk membersihkan pakaiannya yang memang lebih kotor dari pakaian RiHyun. Namja berwajah imut itu tidak mengubriskan RiHyun yang sudah menatapnya tajam.

“Yack, kau pikir, ka...u...”. Kalimat RiHyun menggantung begitu saja. Ia tidak melanjutkan perkataannya saat namja di depannya itu mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah imut dan baby face-nya kepada RiHyun.

Namja yang adalah seorang idol itu membuat RiHyun menahan amarahnya. Namun, namja itu salah mengartikan ekspresi RiHyun itu. Idol itu justru mengartikan ekspresi itu sebagai ekspresi terkejut salah satu fans-nya yang tidak menyangka bahwa dapat bertemu dengannya di sini, jam segini. Oleh sebab itu, namja itu menunjukan sebuah senyuman ramah yang terlihat manis itu. Namun, senyuman itu membuat RiHyun muak yang tanpa idol itu sadar. RiHyun pun mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, menahan amarahnya.

“Tolong, jangan beritahu siapa-siapa bahwa aku ada di sini ya!”. Idol itu bersuara dengan ramahnya, dan itu semakin membuat RiHyun kesal.

RiHyun tidak bersuara sama sekali. Dia diam, membungkam mulutnya, karena amarah bukan karena terkejut. Idol itu pun tidak bersuara. Namun, dia tetap tersenyum ramah kepada RiHyun berusaha membujuk yeoja itu untuk melakukan apa yang ia minta tadi.

“LuHan Hyung.”

Suasana hening terus menyelimuti mereka berdua hingga beberapa namja berlari mendekati idol yang mereka panggil LuHan itu. Mereka yang berjumlah 5 orang itu segera berdiri di samping kanan-kiri namja keturunan China bernama lengkap Xi LuHan itu.

Hyung, apa dia mengenalimu?” bisik seorang namja yang jelas adalah orang China itu yang tepat berdiri di samping LuHan.

LuHan menengok ke arah namja tinggi yang bernama lengkap Huang ZiTao itu. Kemudian, ia menganggukan kepalanya seraya bersuara. “Tentu saja, kalau tidak, kenapa dia terkejut seperti itu melihatku? Melihat kita? Aku pikir dia adalah fans kita”. Lalu, mereka berenam sama-sama menatap RiHyun yang tidak bersuara sama sekali itu.

Agashi, bisakah kau merahasiakan kedatangan kita ke Korea Selatan ini?” tanya seorang namja paling tinggi di antara mereka berenam. Seorang namja yang biasa dipanggil Kris itu menatap RiHyun penuh harap.

Tiba-tiba RiHyun menyeringai, membuat enam namja di depannya itu bertanya-tanya. “Apa untungnya aku merahasiakannya, eoh?”. Pertanyaan RiHyun itu membuat keenam namja itu saling menatap satu sama lain. “Apa yang dapat kalian berikan kepadaku?”. RiHyun kembali bersuara dengan kedua tangannya terlipat di dadanya.

“Kami akan memberikanmu tanda tangan kami. Dan, kau pun boleh memeluk dan berfoto dengan kami.” Kali ini yang menjawab adalah seorang namja keturunan China yang berponi panjang itu. Namja yang terkenal dengan nama Lay itu membuat RiHyun menatapnya tajam dengan sebuah kekehan kecil.

“Cih, aku tidak perlu tanda tangan, foto atau pun pelukan kalian” ujar RiHyun yang mulai mengambil kopernya lagi. Kemudian, dia menatap keenam namja itu satu per satu dengan sebuah tatapan tajam. “Jangan berpikir bahwa semua orang adalah fans kalian hanya karena kalian sudah debut.”

Keenam namja itu menatap RiHyun tidak percaya. Yeoja yang mereka pikir akan senang dengan tawaran mereka barusan itu justru menolaknya mentah-mentah.

Wait!”. Kris mencegat RiHyun yang berjalan melewati mereka. Ia memegang salah satu tangan RiHyun yang tidak menarik koper itu.

Namun, RiHyun langsung menepisnya kasar. Kemudian, ia memutar tubuhnya untuk kembali menghadap keenam namja yang membuatnya kesal itu. “Jangan seenaknya saja menyentuh orang! Apalagi jika orang itu baru bertemu dengan kalian. Jangan berpikiran bahwa hanya karena kalian sudah debut, kalian dapat seenaknya melakukan apa pun.”

“Apa kau tahu siapa kami?” tanya Kris.

“Cih.” RiHyun memalingkan wajahnya yang ditatap oleh Kris itu. Yeoja itu memalingkannya bukan karena takut, tapi karena tatapan Kris yang tidak ia mengerti. “Kalian masih muda tapi sudah pikun, eoh?”. RiHyun melipat tangannya kembali. Lalu, ia menatap enam namja itu atau lebih tepatnya lima namja, karena ia masih tidak mau menatap Kris yang masih menatapnya dengan tatapan aneh itu. “Kalian tadi dengar sendiri bahwa aku bilang kalian itu baru debut, secara tidak langsung aku bilang bahwa aku mengenal kalian.” Setelah mengucapkannya, RiHyun menatap Kris. Menatap sosok namja tinggi yang menjadi leader dari sub-group boyband itu. Menatap sosok leader itu dengan tatapan menantang. “Meski, terpaksa.” Mendengar dua kata terakhir yang diucapkan oleh RiHyun itu membuat keenam namja itu terkejut.

“Jadi, kau antis kami?”. Ragu. Salah satu namja yang dari tadi tidak bersuara itu akhirnya bersuara. Seorang namja yang adalah orang Korea Selatan yang memiliki nama panggung XiuMin. Namja itu bertanya ragu kepada RiHyun.

Hening. Tidak ada yang bersuara. Keenam namja itu diam menunggu jawaban RiHyun, sementara RiHyun diam memperhatikan ekspresi mereka. Namun, tiba-tiba, RiHyun menyeringai, membuat kelima namja itu menerka-nerka arti di balik seringaian itu.

“Bukan itu maksud dari pertanyaanku tadi, agashi.” Hanya satu namja yang tidak menebak arti dari seringaian itu, sang leader. Justru Kris bersuara yang mengakibatkan dirinya menjadi pusat perhatian. Namun, ia tidak mempedulikan tatapan member lainnya. Ia hanya menatap RiHyun yang juga menatapnya. “Maksudku adalah jika kau tidak mengenali kami, anggap pertemuan kita ini tidak pernah terjadi. Namun, jika kau mengenali kami, tolong rahasiakan pertemuan kita ini. Jangan beritahu kepada siapa pun. Meski, itu teman, sahabat, keluarga atau pun kekasihmu.” Terlihat kelima namja yang lain mengiyakan penjelasan Kris itu. Namun, RiHyun terkekeh pelan dengan sebuah seringaian kecil di wajahnya.

“Aku tidak mungkin menyebarkan pertemuan yang tidak aku inginkan ini ke publik, karena bagaimana pun juga kalian termasuk tanggung jawabku” jawab RiHyun yang justru membuat keenam namja itu menatapnya penuh tanya. “Ada sesuatu yang aku tahu, tapi kalian tidak.” Setelah mengucapkannya, RiHyun melangkah menjauhi boyband itu.

----

LuHan POV

Hyung, kenapa sarapannya tidak dimakan?”.

Aku menggelengkan kepalaku saat mendengar sebuah suara, tersadar dari lamunanku. Kemudian, menengok ke sumber suara. Aku melihat D.O. menatapku aneh. Aku pun melihat ke arah piringku, tersadar bahwa sarapanku belum aku sentuh sedikit pun.

Ne, hyung makan!”. Aku pun langsung memakan sarapan ini.

Hyung, ada masalah? Dari tadi hyung terus melamun” tanya D.O. yang membuatku meliriknya lewat ujung mataku.

Aku terdiam-tidak menjawab-dan tetap menyantap sarapanku ini. D.O. pun terdiam, seperinya dia ingin tau jawabanku itu. Tidak lama, aku mendengar suara langkah kaki. Aku pun menengok ke pintu dapur. Aku melihat XiuMin melangkah masuk, berjalan ke arah refrigerator.

 “LuHan hyung, jawab pertanyaanku!” rengek D.O. saat sadar aku mengacuhkannya. Aku pun menengok ke arahnya dan tersenyum lebar yang menurutku terlihat bodoh.

“Memang ada apa, D.O.?”. Aku mendengar XiuMin bersuara. Aku hanya diam menyantap makananku. Aku tidak ada urusan dengan namja paling tua di boyband-ku itu.

“Aku bertanya ke LuHan hyung kenapa dari tadi dia melamun terus. Aku bertanya apa hyung ada masalah, tapi tidak dijawab” jelas D.O. yang dapat terdengar dari nada suaranya itu bahwa dia kesal denganku, karena tidak memberikan jawaban. Aku pun hanya dapat terkekeh dalam hati dan berusaha untuk menghabiskan sarapan ini tanpa bersuara.

Yeoja yang di bandara tadi itu, eoh?”. Aku mendengar XiuMin melontarkan pertanyaan kepadaku saat aku menaruh piring kotor di wastafel dapur. Aku menoleh kearahnya sedikit, kemudian mengangguk. “Sebenarnya aku juga terus memikirkan yeoja itu” aku XiuMin saat aku berjalan mendekatinya, mengambil gelas yang ia pegang dan menegak habis isinya.

“Apa yang kalian bicarakan, XiuMin hyung, LuHan hyung?” tanya D.O. Aku menoleh ke arahnya, dan sekali lagi aku menunjukan senyum lebarku itu yang berhasil membuat D.O. mendengus kesal.

“Tadi di bandara kita ketemu dengan seorang yeoja, D.O.” jawab XiuMin yang sepertinya kasihan melihat D.O. yang aku kerjai itu. “Ada pertanyaan lagi?”.

“Memang yeoja itu kenapa, hyung?” tanya D.O.

“Susah dijelaskan.” Kali ini akulah yang menjawab. Aku menatap D.O. penuh arti yang aku sendiri tidak dapat mengartikannya. “Dia yeoja berkoper sapphire blue. Yeoja yang menolak tanda tangan, foto, sentuhan atau pun pelukan kita. Padahal, dia mengetahui siapa kita.”

Aigoo, daebak, hyung!” puji D.O. yang membuatku menatapnya aneh.

“Apanya yang daebak, D.O.?” tanyaku meminta pennjelasan atas pujiannya tadi. “Nan mollayo.” Aku mendengus kesal mendengar jawaban salah satu lead vocal EXO itu saat ia memberikan jawaban yang sama sekali tidak masuk di akal.

----

Author POV

“Apa tidak bisa jika bukan aku, eoh?” tanya RiHyun.

Kini yeoja itu sedang berada di sebuah ruangan. Ia berdiri di depan sebuah meja di mana lelaki yang selalu ia panggil abeoji itu duduk di baliknya. Lelaki yang tidak lain adalah Lee SooMan itu mendongakan kepalanya. Terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa ia bosan mendengar pertanyaan RiHyun yang selalu sama itu.

“Tidak bisa, RiHyun. Kalau pun bisa aku tidak akan menyuruhmu ke sini.” Meskipun sudah merasa kesal, tetapi SooMan tetap berusaha untuk tidak memarahi RiHyun.

RiHyun hanya mendengus kesal mendengar jawaban SooMan itu. Kemudian, yeoja itu berjalan mendekati sofa merah yang berada di dalam ruangan SooMan itu. Ia membanting tubuhnya di atas sofa empuk itu. Lalu, mengeluarkan iPhone dari dalam tas lempangnya itu dan langsung terlihat sibuk dengan gadget-nya itu. SooMan tersenyum sipul melihat tingkah anak angkatnya itu. Meski bukanlah anak angkat asli, tetapi lelaki paruh baya itu sudah menganggap RiHyun sebagai anaknya semenjak ia membaca FF yang dikirim oleh yeoja keturunan Indonesia-Korea itu.

SooMan membenarkan posisi tubuhnya, agar duduk tegap di bangkunya. “Aku akan memberikan ruang latihan untukmu, bagaimana?”. Sontak semua kegiatan RiHyun berhenti saat mendengar tawaran dari abeoji-nya itu. RiHyun melirik ke arah abeoji-nya lewat ujung matanya. Dan, hal itu membuat SooMan tersenyum melihat respon RiHyun yang menunjukan bahwa yeoja itu tidak akan menolak tawarannya itu.

“Apa ini suapan agar aku menyetujui keinginan abeoji, eoh?” tanya RiHyun yang kini beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke tempatnya berdiri beberapa menit yang lalu. RiHyun melipat kedua tangannya itu, menatap lekat ke arah abeoji-nya itu.

Ani, aku akan tetap memberikanmu gaji seperti manager lainnya” jawab SooMan yang membuat RiHyun menyeringai kecil. “Dan, anggap saja ruang latihan itu hadiah dariku.”

Jinja? Kau memberikanku hadiah, eoh? Setauku pria bernama Lee SooMan, pemilik SM Entertainment adalah orang paling pelit di Korea Selatan, or maybe in the world too.” RiHyun bersuara dengan santai yang membuat SooMan tersenyum kecil.

“Dan, sebagai rasa terimakasihku karena kau telah datang kemari. Karena, meskipun kau menolak, kau akan tetap menjalankan keinginanku, Cho RiHyun. Kalau tidak, untuk apa kau kemari, eoh?” ujar SooMan yang membuat RiHyun mendengus kesal.

TokTokTok.

Nuguseyo?”. Baik RiHyun atau pun SooMan, mereka berdua sama-sama menengok ke arah pintu yang diketuk tiga kali tadi.

Seonsaengnim ini kami, EXO.” Terlihat jelas bahwa RiHyun terkejut mendengar suara itu dan hal itu disadari oleh SooMan. Pria paruh baya itu langsung tersenyum sipul kembali.

Come in!”. RiHyun langsung memelototi pria paruh baya itu saat mendengar suara SooMan itu. Terbaca jelas bahwa RiHyun bertanya maksud dari kata-kata SooMan itu lewat tatapan mata. Namun, SooMan yang mengerti dengan arti dari tatapan itu, justru mengacuhkannya. Ia berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh anak angkatnya itu. “Bersiaplah kau akan segera bertemu dengan anak asuhmu kelak.” RiHyun menelan ludahnya susah payah saat mendengar ujaran SooMan barusan.

Klek.

Seonsaengnim, kami datang!”.

Tidak ada yang tau atau pun sadar bahwa kini RiHyun sangat tegang mendengar suara itu. Dia berusaha mengatur napasnya, agar lebih tenang. Namun, percuma dia melakukan itu, karena tidak akan ada yang menyadari kalau dirinya tengah tegang yang disebabkan oleh wajah dan aura cueknya yang memang tidak bisa hapus.

“SooMan seonsaengnim, kau sedang bertemu dengan seseorang?” tanya salah satu dari dua belas namja yang memiliki nama panggung XiuMin itu.

“Lebih baik nanti kita datang lagi saja, seonsaengnim. Kami tidak ingin mengganggu pertemuan seonsaengnim dengan yeoja itu.” Kali ini salah satu dari dua leader-lah yang bersuara. Leader-SuHo-itu berdiri tepat di samping leader lainnya yang memiliki nama panggung Kris.

“Tidak perlu, karena dia juga ada hubungannya dengan aku menyuruh kalian kemari di hari free kalian” jawab SooMan yang membuat semua members EXO memutar otaknya. “Berbaliklah dan perkenalkan dirimu kepada mereka semua!”.

“Haruskah?” tanya RiHyun yang membuat semua member EXO terkejut mendengar nada suaranya yang terkesan menentang itu. Dan, tambahan untuk member EXO-M, mereka menyadari bahwa suara itu tidak asing di kuping mereka

Joeseonghamnida, agasshi, apa kita pernah bertemu? Suaramu terdengar tidak asing untukku.” Kris mengutarakan rasa penasarannya itu yang di-iya-kan oleh member EXO-M lainnya.

RiHyun menundukan kepalanya mendengar pertanyaan yang diutarakan oleh namja China yang usianya lebih tua darinya itu. RiHyun menyeringai kecil, namun seringaian itu langsung lenyap saat ia mengangkat kepalanya. Sekilas, ia menatap SooMan lekat, lalu ia membalikan badannya perlahan.

Jinja? Aku rasa kau salah orang” jawab RiHyun.

“Kau…”. Semua member EXO-M terkejut melihat yeoja yang ada dihadapannya itu adalah yeoja yang mereka temui waktu lalu.

tbc…